September 11, 2010

Mengendalikan Kebiasaan Berfikir

Kedisiplinan dicapai dengan mengendalikan kebiasaan berpikir. Dan istilah “disiplin” hanya mengacu pada kekuatan pemikiran, karena semua kedisiplinan pasti berlangsung dalam pikiran, meskipun efeknya bisa dirasakan oleh berbagai fungsi tubuh fisik.
Di mana posisi Anda dan seperti apa Anda sekarang adalah hasil kebiasaan berpikir Anda !

Kebiasaan berpikir adalah target pengendalian!

Hak mengendalikannya berada di tangan Anda sepenuhnya. Karena sudah terbukti bahwa Sang Pencipta-lah yang memberikan keistimewaan besar ini. Jika tidak, Ia tak akan menjadikannya satu-satunya kondisi yang tali kendalinya diberikan eksklusif pada manusia.

Lebih jauh, bukti bahwa Sang Pencipta berkeinginan untuk memberikan hak pengendalian ini pada manusia terbaca jelas melalui hukum Daya Kebiasaan Semesta, media tempat kebiasaan berpikir dimantapkan dan dipermanenkan sehingga kebiasaan-kebiasaan itu menjadi otomatis dan berjalan tanpa upaya sengaja manusia.

Untuk saat ini, kami hanya ingin menarik perhatian Anda kepada fakta bahwa mekanisme agung Sang Penciptanya yang dikenal dengan otak, telah denga piawainya melengapi organ ini dengan suatu peranti, yang mengambil alih dan memberi ekspresi otomatis terhadap segala kebiasaan berpikir.

Kedisiplinan adalah prinsip yang memungkinkan seseorang membentuk pola pemikirannya secara sadar sehingga harmonis dengan target dan tujuannya.

Keisitimewaan ini diikuti dengan tanggung jawab bsar, karena keistimewaan inilah yang paling menentukan posisi seseorang dalam hidupnya.

Seandainya keistimewaan ini disia-siakan lantaran kita gagal membentuk kebiasaan yang dirancang untuk mengantar kita ke pencapaian tujuan yang pasti, maka kondisi kehidupan yang berada di luar kendali kitalah yang akan menunaikan pekerjaan itu. Dan hasilnya tidak jarang teramat buruk!

Setiap manusia adalah sekumpulan kebiasaan. Sebagian diantaranya dibentuk dengan sengaja, dan Sebagian lagi terbentuk secara tidak sengaja. Kebiasaan ini terjadi melalui rasa takut, ragu, cemas, gelisah, rakus, prasangka buruk, iri dan benci.
Kedisiplinan adalah satu-satunya jalan untuk mengendalikan dan mengarahkan kebiasaan berpikir sampai Daya Kebiasaan Semesta mengambil alih dan memberi ekspresi otomatis. Renungkanlah pikiran ini dalam-dalam, karena inilah kunci yang menentukan takdir mental, fisik, dan spiritual Anda.

Anda bisa menata kebiasaan berpikir anda sehingga kebiasaan ini bisa mengantarkan anda ke pencapaian target apa pun yang anda inginkan dan yang terjangkau. Atau anda bisa membiarkan situasi-situasi tak terkendali menguasai kebiasaan berpikir anda sehingga tak diragukan lagi, anda akan diantarkan ke tepian kegagalan dari Sungai Kehidupan.

Anda bisa menjaga pikiran anda tetap tertuju pada hal-hal yang anda inginkan dan hanya memperoleh itu! Atau anda bisa memberinya asupan pemikiran berupa hal-hal yang tidak anda inginkan berpikir berkembang sesuai dengan “makanan” yang berada dalam pikiran anda.

Ini sudah pasti, seperti halnya siang akan disusul dengan malam!

Bangun, bangkit, dan teguhkan pikiran anda untuk hanya tersambung ke situasi yang benar-benar didambakan jiwa anda.

Kerahkan seluruh kekuatan kehendak anda dan kendalikan pikiran anda sepenuhnya. Pikiran adalah milik anda! Ia diberikan pada anda sebagai abdi yang akan mewujudkan keinginan-keinginan anda. Dan tak seorang pun boleh memasuki atau memengaruhinya, sekecil apa pun, tanpa izin dan kerja sama anda. Inilah fakta yang benar-benar dahsyat.

Ingatlah fakta ini apabila situasi yang sepertinya tak bisa anda kendalikan mulai menyusup dan merasuki anda. Ingatlah fakta ini ketika rasa takut dan ragu mulai mengambil tempat dalam pikiran anda. Ingatlah fakta ini ketika rasa takut akan kemiskinan mulai menjalar dalam pikiran anda yang seharusnya diisi dengan “sadar kemakmuran”.

Dan ingatlah pula bahwa inilah disiplin-diri! Satu-satunya metode yang akan menjadikan anda tuan bagi pikiran anda sendiri.

Anda bukanlah cacing yang tercipta untuk merangkak di atas debu.

Jika tidak, anda pasti akan dilengkapi dengan organ fisik yang memungkinkan anda merangkak dengan bertumpu pada perut, alih-alih berjalan dengan kedua kaki. Tubuh Anda telah didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan anda berdiri tegak, berjalan, dan berpikir guna meraih pencapaian tertinggi yang bisa anda pikirkan. Mengapa berpuas hati dengan sesuatu yang kurang dari itu? Apakah anda ingin menghina Sang Pencipta dengan tidak peduli atau abai terhadap berkah paling berharga yang diberikanNya, yakni kekuatan pikiran anda sendiri?

Dikutip dari buku : Secrets of Napoleon Hill’s Mind diterjemahkan dari The Master Key To Riches karya Napoleon Hill, p.277-280

Buku yang mendeskripsikan secara detail filosofi kesuksesan praktis masa kini dan menunjukkan pada Anda bagaimana meraihnya dalam setiap langkah kehidupan.

September 04, 2010

Memaafkan Itu Mulia dan Menyehatkan

Dari pengamatan saya, ada pelajaran sangat menarik dari mereka yang usianya sudah lanjut. Yaitu, senang bersilahturrahmi dan setiap ketemu teman lama saling memaafkan. Mereka ingin sekali ketika suatu saat meninggalkan kampung dunia, lalu berpindah ke kampung akhirat, tidak lagi ada utang-piutang moral maupun material. Tradisi baik ini sangat disenangi Tuhan.

Banyak ayat-ayat AlQuran maupun hadis yang memuji sikap pemaaf. Bahkan Tuhan sendiri memiliki sifat pemaaf. Secara psikologis, saling memafaatkan itu sehat dan menyehatkan. Yang mendapatkan keuntungan pertama dari sikap memaafkan adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dimaafkan. Ketika seseorang memaafkan orang yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar kecilnya rasa kesal atau dendam kita pada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan, kebencian, dan permusuhan kita pada seseorang maka semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang. Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di mana pun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Dan bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas maka luka iu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman sehai-hari akan mengatakan “tidak” dan permusuhan akan meningkat, yang bearti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi.

“BEGITU KITA MEMAAFKAN SESEORANG MAKA BEBAN BERKURANG, LUKA MEMBAIK. DAN BILA BENCI SERTA DENDAM TELAH HILANG SAMA SEKALI DARI HATI KITA, KEHIDUPAN MENJADI SEHAT DAN RINGAN KITA JALANI”

Jadi, bukanlah sesungguhnya memaafkan itu merupakan suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang maka beban berkurang, luka membaik. Dan bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya, sama halny dengan orang yang memelihara penyakit. Dan iu sungguh suatu tindakan bodoh dan konyol. Jadi, kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf. Jangan biarkan berlama-lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap harinya. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan.

Di Indonesia tradisi maaf-memaafkan secara massal telah dikembangkan dalam acara hari raya lebaran. Yang mudah berkunjung pada saudara ataupun tetangga yang lebih tua. Ini tradisi yang sangat bagus yang mesti dilestarikan dari generasi ke generasi. Pesta lebaran tidak saja peristiwa sosial budaya, namun juga peristiwa spiritual sebagai acara tasyakuran sehabis menunaikan ibadah puasa. Lebaran juga memiliki aspek ekonomis. Bisa jadi banyak pedagang yang tidak berpuasa bahkan lebih banyak mengambil keuntungan ekonomi dari peristiwa lebaran daripada mereka yang berpuasa. Lihat saja betapa ramainya pusat-pusat perbelanjaan pada hari-hari menjelang lebaran. Dari sini sudah terlihat bahwa meskipun berpuasa Ramadhan dikenakan pada umat Islam, namun orang lain juga mendapat rahmat dari ibadah puasa. Mestinya sikap keberagamaan iitu, di luar acara puasa dan lebaran, senantiasa menandatangkan manfaat dan kedamaian bagi orang lain, apa pun agamanya.

Ketika orang berpuasa, sesungguhnya juga dilatih dan digembleng untuk menjadi orang yang jujur. Bukankah sikap jujur sangat dibutuhkan oleh profesi apa pun? Jadi, baik puasa maupun lebaran sesungguhnya terkandung pesan dan perbaikan sosial. Antara lain untuk menumbuhkan dan mewujudkan solidaritas sosial sebagaimana diisyaratkan oleh perintah zakat fitrah. Inti dan semangat zakat adalah menutupi jurang perbedaan kelas sehingga menimbulkan kerawanan sosial. Jika tujuan sosial ini tercapai, berarti ibadah seseorang telah berfungsi dalam kehidupan riil sehari-hari.

Dalam kaitan itu, kita bisa mengajukan sebuah pertanyaan pada orang-orang kota yang secara ekonomis telah sukses dan mereka pada waktu lebaran pulang mudik adalah mereka membawa berkah atau fitnah pada orang desa? Kalau pulang ternyata malah menimbulkan iri hati dan kecemburuan sosial, berarti Lebaran telah menimbulkan fitnah berupa keresahan psikologi bagi orang-orang kampung. Oleh karena itu, barang kali bagi orang yang pulang kampung, kapan pun waktunya, bertingkahlah bijaksana dan simpatik sehingga peristiwa Lebaran itu benar-benar membawa berkah, menimbulkan keakraban hati antara sesama sanak-famili maupun kawan lama yang sudah sekian bulan atau tahun tidak berjumpa. Dan inilah arti silaturahmi, yaitu silah berarti tali penghubung atau pengikat rahmi berarti kasaih sayang yang tulus. Nah, peristiwa Lebaran mestinya juga merupakan media penghubung dan bertatap muka secara fisik dan sekaligus antara hati sanubari yang dalam dan tulus.

“ALANGKAH INDAHNYA KALAU SAJA DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERGAULAN KITA SELALU TERJALIN HUBUNGAN CINTA KASIH YANG TULUS, YANG SATU SELALU SIAP MEMAAFKAN YANG LAIN”

Dalam istilah agama, Lebaran disebut Idhul Fitri. Yaitu suatu doa, cita dan harapan, bahwa mereka yang telah selesai menunaikan ibadah puasa, dan kemudian saling memaafkan maka suasana psikologis mereka menjadi bersih, iklas, dan lugas bagaikan bagi. Betapa indahnya perilaku bayi. Apa pun yang dilakukan serba indah dan alami. Orangtua tak akan marah meskipun sang bayi kencing sewaktu dipondong. Mengapa begitu? Salah satu sebabnya adalah hati sang bayi terbebas dari rasa benci. Hatinya tulus dan segala perbuatannya serba lugas. Sementara pihak orangtua pun begitu. Mereka selalu bersikap mencintai dan pemaaf kepada bayinya. Dan ketika bayi semakin besar, kalaupun orangtuanya kadang kala marah, itu bukan karena benci, tetapi karena cintanya yang diwujudkan dalam bentuk marah untuk mendidik anak.

Alangkah indahnya kalau saja dalam lingkungan keluarga dan pergaulan kita selalu terjalin hubungan cinta kasih yang tulus, yang satu selalu siap memaafkan yang lain. Pribadi yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta kasih biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat. Dan memaafkan itu merupakan cerminan kebesaran jiwa seseorang dan sekaligus mendatangkn kebahagian bagi kedua belah pihak.

Taqabballallahu Minna Wa Minkum, Minnal Aidzin Wal Faidzin

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Copyright © / dillablog

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger