Beberapa pekan sebelumnya, pengibaran bendera Belanda memicu amarah para perindu kemerdekaan. Seorang pejuang mencabik warna biru dari bendera Belanda di Tunjungan, menggemakan pesan bahwa negeri ini tak rela kembali dijajah. Tentara sekutu menjawab dengan salakan senapan, bersembunyi di balik alasan “memulihkan perdamaian dan ketertiban”. Jiwa-jiwa merdeka itu berontak. Brigadier Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris di Surabaya, terbunuh. Sekutu murka.
Rakyat gelisah. Surabaya telah lama dikenal sebagai salah satu pusat perlawanan. Laskar-laskar dari berbagai pesantren dan daerah banyak yang menjadikan kota ini sebagai markas. Di kota ini pulalah, Cokroaminoto dan Soekarno muda mendiskusikan cita-cita kemerdekaan.
Suara dari lelaki kurus itu menghapus semua keraguan.
“Saudara-saudara rakyat Surabaya.
Bersiaplah! Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak.
Baru kalau kita ditembak.
Maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara.
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap.
Merdeka atau mati.
Dan kita yakin, Saudara-saudara.
Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah Saudara-saudara!
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!”
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu akan terus dikenang sebagai tonggak kemerdekaan Indonesia. Semua yang mengaku mencintai negeri ini tidak layak untuk menjadikan peristiwa itu berdebu di pojokan sejarah.
Dalam konteks perseteruan antara KPK dan Kepolisian RI, kini nilai-nilai kepahlawanan sedang dipertaruhkan dan diperdebatkan untuk mencari kebenaran. Bolehlah kiranya KPK kita anggap sebagai "Pahlawan" dalam memberantas korupsi yang sedang gencar-gencarnya "membumi-hanguskan" Para Koruptor dari muka bumi Pertiwi, "SEDANG TERGANJAL" dengan kasus-kasus internal dan berhadapan langsung dengan Kepolisian dan Kejaksaan. Yang notabene seharusnya menjadi PARTNER malahan menjadi RIVAL.
Selamat Memperingati Hari Pahlawan, semoga hidup kita selalu bercermin kepada nilai-nilai kepahlawanan. Dan jadilah bangsa dan "warga masyarakat" Indonesia yang terhormat, baik di mata dunia maupun di mata Tuhannya. Amien.
Source: Shofwan Al-Banna Choiruzzad Photo by: nusantara.com